Cinta di Kehidupan Kedua
Pagi ini begitu cerah, sinar matahari pagipun menyinari taman sekolah ku yang lagi di penuhi dengan segudang aktivitas teman – teman ku. Kebetulan hari ini adalah hari pertama pembukaan pekan seni di sekolah ku.
Tapi hal itu tak membuatku cukup bersemangat, mengingat kondisi kekasih ku yang terbaring lemah di rumah sakit....
Anggi,,,, adalah nama cowok yang paling aku cintai, sudah hampir sebulan ini menghuni rumah sakit yang ada di kota tempat tinggalku.
“ Dini ”. teriak suci mengagetkan ku.
“ Uchi, paan sih...... bikin kaget aja deh”. Kata ku sedikit kesal pada salah satu teman baikku.
“ Kamu sih,, dari tadi bengong aja”. Kata Suchi, sedikit senyum... “ Mank da apa Dini”. Lanjut Suchi menanyai ku.
“ Ngga, aku lagi kepikiran aja ma Anggi,”. Jawabku membalas semyum Suchi. “ kangennnnnnn banget mja dia”. Lanjutku memandang hamapa ke depan.
“ Oi......oi.....oi,,, jadi ceritanya ada yang kangen nih ma sang pangeran hati”. Kata Suchi, sedikit menggodaku. “ Kirain kucing lo mati”. Lanjutnya menghiburku.
“ Paan sih, g lucu deh”. Kataku menyambar bahu Suchi.
“ Ya udah deh, entar pulang sekolah aku temanin ngejenguk Anggi”. Kata Suchi membujukku. “ Gimana, mau ngga?”. Lanjut Suchi, menanyaiku.
“ Benneran yah,,,, kalo kamu boongin aku kayak kemaren, aku sumpahi, kamu bakalan di kejar – kejar ma banci sampe mampus”. Kataku membuat Suchi tertawa terbahak – bahak.
“ Ha .... ha ... ha .... Din, Din, kamu bisa aja deh, cewek secantik aku di kejar kejar ma bencong, yang ada tuh di kejar ma cowok cakep kalle”. Kata Suchi tersenyum lebar sambil menyisir rambut panjangnya yang tak kalah indah dengan rambut panjangku dengan ke 5 jarinya.
“ Ich .... mit amit, narzizt banget sih lo jadi cewek ,,,,”. Kataku
“ Ya udah deh.... aku mau kekantin dulu, mau nitip ngga?”. Tanya Suchi mengulurkan tangan kanannya.
“ Ngga ah, aku ngga mood makan”. Jawabku
“ Ya udah, aku pergi yah”. Kata Suchi sambil melangkhkan kakinya dan berlalau dari hadapku.
Hatiku kembali gelisah, tak sabar lagi menunggu jarum jam menunjuk arah 1, y ang sekarang baru menuju di angka 10.
“ Uph ..... 3 ( tiga ) lagi”. Kataku dalam hati. “ Ah sekarangkan aku ngga lagi belajar, jadi boleh donk aku pulangnya sekarang?”. Lanjutku tersenyum.
Ku berdiri dari dudukku, berjalan cepat menuju kelas lalu mengambil tasku dan segera menuju halaman parkir sekolahku. Ku ambil kunci mobil yang ada dalam sakuku lalu membuka pintu mobilku, ku nyalahkan mesin mobilku dan bergeas menuju Rumah Sakit tempat kekasih ku di rawat.
Tak cukup 20 menit mobil avanza milikku tepat berhenti di depan Rumah Sakit. Ku angkat kaiku keluar dari mobilku, lalu berjalan menuju kamar Anggi. Tak lama kemudian ku lihat sosok yang tak asing lagi berdiri dengan wajah yang tegang.
“ Loh ... tuh kan Tante Novy ( ibu Anggi ) !. ngapaen dia di situ, ko’ mukanya tegang banget sih”. Tanyaku nyaris tak kedengaran.
Ku langkahkan kakiku mengikuti Tante Novy dengan rasa penasaran karena melihat wajah Tante Novy yang angat Tegang barsama seorang Dokter.
“ Jadi maksud Dokter kemungkinan anak saya ngga bisa bertahan hidup lama”. Tanya Tante Novy gelisah.
“ Mungkin saja bu’, karena penyakit Anggi ini adalah penyakit yang mematikan,”. Jawab Dokter itu dengan prihatin. “ saya minta maaf bu’ saya tidak bisa berbuat banyak untuk anak ibu.”. Lanjutnya.
Dadaku rasanya sesak, nafasku tak bisa lagi ku kendalikan, badanku rasanya kaku dan berdiripun rasanya susah.
Akhirnya Tante Novy meliahtku tapi aku tak bisa lagi berbuat apa apa.
“ Din ...”. Kata Tante Novy memanggilku heran, aku tak bisa menjawab, mulutku seakan di Pleaster dan tak bisa aku bicara. “ Kamu dengarkan, Anggi sakit Din,, dan kecil kemungkinan dia bisa hidup lama, dia sayang sama kamu Din, dia ngga pengen kamu tahu kalo dia sakit, dia ngga pengen liat kamu sedih”. Lanjut Tante Novy bercucuran air mata.
“ Dini juga Tan, Dini sayang banget ma Anggi, Dini ngga mau kehilangan Anggi”. Kataku pelan menahan air mata yang sudah menetes, mendengar itu Tante Novy hanya bisa tersenyum pasrah. “ Memangnya Anggi sakit apa Tan ?”. Tantaku.
“ Anggi.....Anggi kena penyakit Leo Kimia Din, dan Dokter bilang udah ngga ada harapan Anggi bisa sembuh”. Jawab Tante Novy mengis.
“ Ngga mungkin Tan,,,, ngga mungkin ....”. kataku menangis sejadi – jadinya dan ingin berontak.
Kali ini perassanku lebih hancur, Dadaku semakin sesak, biar ku rasa bandan kaku, ku paksakan kakiku tuk lari dari Rumah Sakit ini, aku tak bisa lagi melihat anggi.
Ku nyalahkan mesin mobilku, ku injakkan gas sekencang – kencangnya dan menangis sejadi – jadinya, pada ssat pembelokan, aku tak bisa lagi mengendalikan Stier mobilku, Mata ku melihat pohon besar hampir menabrak mobilku, tapi ku pasrahkan nyawaku berhenti sampai di situ.
Tittitidi ..... hp Anggi berbunyi, dengan lemas dia melihat ke layar hpnya, nama yang sudah tak asing lagi membuka matanya lebih lebar. Lalu menekan tombol jawab.
“ Suchi, da apa, Dini mana ? jahat banget si dia, ko’ ngga ngejungukin aku”. Tanya Anggi pelan.
“ Nggi,,, Dini Nggi,”. Kata Suchi tersendak sendak.
“ Chi, Dini kenapa Chi ?”. Tanya Anggi lagi.
“ Dini dah ngga ada Nggi, Dini nabrak pohon pas pulang dari Rumah sakit ngejengukin kamu.” Jawab Suchi melepas tangisnya.
“ Chi, kamu becandakan, Dini mana Chi,”. Tanya Anggi menagis, lalu menekan tombol mengakhiri pembicaraannya.
Beberapa setelah itu Anggi pingsan dan tidak bangin lagi.
Akhirnya cinta mereka berdua kembali menyatu di alam sana, menjadi cinta di kehidupan kedua.
By : Ade Yuswinda